
Atribusi
Hay, Ma.
Temani ku
di lembah kesendirian,
Menerangi ku
melangkah di kegelapan,
Tidakkah kau saksisan,
tubuhku yang kurus,
Mata yang tirus,
Tandus menghunus,
Menjelma panas yang menggerus.
Menggerus kenangan.
Menggerus keegoisan.
Menggerus kerak yang menebal,
bebal dan binal.
Sudahlah, Ma.
Tuntunlah beta,
Menuju keharibaanmu,
Kasih.
08 Agustus 2021.
Kamar
Bagaimana Kau Memvisualkan Rindu
Hay, Ma
Bagaimana caramu memvisualkan rindu?
Apa di secangkir kopi yang kau aduk dengan candu?
Lalu candumu pada siapa?
Hay, Ma
Bagaimana caramu merekonsiliasi sepi?
Apa dengan menghadirkanku dalam ilusi?
Lantas bagaimana wujudnya?
Bukankah wujud adalah suatu absurd yang tak diabsurdkan,
Lalu diadakan oleh Tuhan?
Seminggu lewat,
aku hilang agar tak kau cari,
Tapi bukan itu realitasnya.
Seminggu lalu,
aku menangis di hadapanmu agar kau usap air mata,
Tapi berbalik arah;
kau tidak melakukannya.
Lenyaplah cinta,
tapi jangan dengan do’a.
21 Agustus 2021,
Kamar
Sajak Hujan
Sajak Hujan.
Hujan mengguyur bumi,
Milyaran bulir jatuh menjuntai.
Gerombolan burung telah berteduh,
Di balik rumahnya yang rapuh,
Karena hutan telah kehilangan keasrian.
Hujan telah mengguyur mayapada,
Seorang anak berlari,
Setelah mengadu nasib penuh hari,
Tak ada yang punya empati
Orang-orang tak peduli
Kasihan sekali
Hujan mengguyur bumi,
“Airnya menghimpun kata-kata,”
Seorang penyair yang berkata,
“Hujan ini mengoyak jiwa,
Kenanganku mati oleh deru suara air,
Terima kasih,
Hujan”
lanjutnya.
30 Juli 2021.
Jum’at
Kamar
Yang mau lihat kumpulan cerpen bisa cek:
https://sabdaaksara.com/