
Puisi 1
Aku adalah saksi
Atas puisi
Yang telah kau persembahkan
Aku adalah saksi
Atas nama Tuhan
Yang telah kau senandungkan
Di bawah pelepah kelapa
Ku bertafakur di dalam kesederhanaan diksi
Lewat garis di telapak tangannya
Kulihat
Kau titipkan cinta yang merangkak alun
Kau tuntun
Kau meminangnya penuh percaya diri
Lihatlah
Bagaimana Tuhan telah mengagumimu
Kau mekarkan kelopakmu
Ketika sahabatmu masih terlelap dalam kuncupnya
Kau telah temukan Kenanga
: Tempat singgah terindah
Ataukah
Kalian
Adalah sepasang kumbang dan bunga
Yang tercipta
Ketika Tuhan sedang berbahagia.
Puisi 2
Puisi ini aku tulis
Dari air mata yang belum sempat kau teteskan
Yang tak mampu dipahami oleh kesedihanku
Puisi ini aku tulis
Dari suara yang belum sempat kau dengungkan
Yang tak mampu digemakan oleh dzikirku
Puisi ini aku tulis
Dari langkah yang belum sempat kau labuhkan
Yang tak mampu terbaca oleh umurku
O, waktu
Wahai yang mengarak setiap kemungkinan
Akankah semua itu menujuku?
Puisi 3
Kelak
Tuhan akan menjadikanku tanah
Tempat akar cintamu berpijak dalam sebuah masa
Menyangga rasa di sepanjang batang detak jantungmu
Mungkin
Tuhan akan menuntutku menjadi air
Memberi kesejukan pada ranting-ranting asmaramu
Memadamkan kobaran luka pada daun keringmu
Bahkan
Tuhan akan menjadikanku belalang sembah
Menitahkanku sebagai penjaga dari pengusik bunga bahagiamu
Mengabdi utuh menjaga warna tawa kelopakmu
Atau
Tuhan akan mengubahku menjadi cahaya
Membantu tumbuh dengan cinta yang kubawa
Karena kau dan aku tak bisa terpisah, amiin.
Puisi 4
Ketahuilah kasih
Kita ialah kepada
Yang sejatinya tak berpisah
Namun terpisah
Ketahuilah kasih
Kita ialah untuk
Yang sejatinya tak menentu
Namun tertuju
Ketahuilah kasih
Kita ialah karena
Yang sejatinya tak ada
Namun menjadi kita.
Yogyakarta, 2021
Ahmad Ushfur, lahir di Lamongan 20 Agustus 2000. Saat ini, ia masih menyusuri sebuah lorong panjang untuk keluar dari kebodohan.
Gambar diciptakan oleh seniman kondang Erik Markerik.