Dalam rangka memperingati Nuzulul Qur’an yang jatuh pada tanggal 18 April 2022, Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah gelar tabarukkan dengan mengkaji sejarah dari Sunan Ampel yang di pimpin oleh K.H Aguk Irawan M.N, selaku pengasuh Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah. Kajian ini diselenggarakan di Pendopo Baitul Kilmah ba’da shalat tarawih dengan di hadiri para santri dan juga secara live streaming melalui media instagram milik pesantren. Tabarukkan ini bertujuan untuk mengenalkan hayat, karya, dan juga dakwah dari salah satu Wali Sanga yaitu Sunan Ampel.

 

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nuzulul Qur’an yaitu peristiwa diturunkannya wahyu Allah yakni kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril di Gua Hira, di kaki Jabal Nur, dekat Makkah.

 

“Al-Qur’an itu diambil dari kata qara’a yang artinya membaca, membaca berarti menghimpun,” ujar K.H Aguk Irawan. “Kata para pakar, tidak ada aktifitas dari tubuh kita yang lebih banyak menggunakan syarafnya kecuali ketika kita sedang membaca,” lanjutnya, menyatakan alasan rahasia diturunkannya kitab suci Al-Qur’an.

 

Nabi Muhammad SAW merupakan Al-Qur’an berjalan, karena setiap harinya tidak lepas dari literasi, seperti sabda-sabdanya. Ketika beliau wafat tentunya ada yang mewarisi, salah satunya yaitu Wali Sanga. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak jasa dari para Wali Sanga yang membuat agama Islam berkembang dengan pesat.

 

Dalam kajiannya, K.H Aguk Irawan memaparkan bahwa salah satu Wali Sanga yang berpengaruh kuat dalam penyebaran agama Islam yaitu Sunan Ampel atau yang biasa dikenal dengan nama Raden Rahmat. Beliau merupakan putra dari Syekh Ibrahim Asmarakandi dan silsilah keluarga nya bertemu lurus dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

 

Raden Rahmat berdakwah tanpa merusak atau menghilangkan adat istiadat dan kebudayaan warisan lokal, yang diluruskan hanyalah aqidahnya. Hal tersebutlah yang membuat beliau mudah diterima oleh masyarakat untuk mengenalkan ajaran-ajaran agama islam.

 

Yang menarik adalah adanya konsep Wakadarma atau Sujud Bakti yang sampai sekarang masih ada dari Empu Prapanca. Wakadarma mirip dengan istilah barokah. Menurut konsep ilmu yang di dapat dari proses belajar mengajar hanyalah 40%, sedangkan yang 60% merupakan perwujudan dari sujud bakti. Sujud bakti yang dimaksud yaitu bentuk patuh kita sebagai seorang santri kepada sesama, tempat tinggalnya, dan juga pengasuhnya.

 

Oleh: Elisa

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *