Oleh: Aguk Irawan Mn

Kemarin sore mendatangi salah satu majelis untuk buka puasa sunnah bersama, sebelumnya ada pengajian seputar manasik haji dan umroh. Ada yang bertanya begini;

 

“Ustadz, jujur saya bingung, puasa kita ini puasa apa ya? Dibilang Tarwiyah, tapi nyatanya di Saudi sekarang ini sedang wukuf Arafah?”

“Ustadz, jujur saya bingung, puasa kita ini puasa apa ya? Dibilang Tarwiyah, tapi nyatanya di Saudi sekarang ini sedang wukuf Arafah?”

Jawaban sederhana saya,

 

“Pendapat pertama, penentuan 9 Dzulhijjah dimulai dari ru’yat dan hisab di akhir bulan Dzulqodah, dan kita sudah maklum, Ormas NU dan Muhammadiyah berbeda metode, sehingga terkadang berbeda pula keputusan akhirnya.

 

“Pendapat kedua, ada istilah matla’ mahaliyah dah ijmaliyah. Matla’ mahaliyah ini pendapat mayoritas ulama, artinya rukyat dan hisab berdasarkan negeri masing-masing. Sementara matla’ ijmaliyah melihat bahwa soal Arafah ini adalah manasik khusus yang tempat dan waktunya hanya ada di Mekkah, maka seluruh negeri harus mengikuti Mekkah.

 

“Dari dua hal itu muncul perbedaan istilah, ada wukuf Arafah dan yaumil Arafah. Berdasarkan pendapat mayoritas ulama, puasa Arafah adalah yaum (hari) Arafah di negeri masing-masing, dan tidak harus mengikuti wukuf di Mekkah.

 

“Berdasarkan data hisab Kemenag, pada akhir Zulqa’dah 1443 H, ketinggian hilal di tanah air antara 0° 52’ s.d 3° 13’, dengan sudut elongasi 4,27° s.d 4,97° sehingga Zulqa’dah digenapkan menjadi 30 hari. Sementara pada tanggal tersebut, posisi hilal di Arab Saudi sudah cukup tinggi dan bisa dirukyat. Ini sebab perbedaan waktu antara Indonesia-Saudi yang sekitar 4 jam.”

 

“Jadi menurut saya, hari ini lebih baik puasa Tarwiyah dan besok puasa Arafah. Tapi jika mengikuti pendapat minoritas ulama yang melihat matla’ ijmal sebagaimana di Saudi atau ikut hisab Muhammadiyah yang kebetulan hasilnya berbeda dengan Pemerintah dan NU, silahkan saja, insyaallah semuanya baik. Sebab perbedaan ini sudah ada sejak zaman sahabat Nabi. Kuraib di Syam takbir malam Jumat, Ibnu Abbas di Madinah malam Sabtu. Wallahu’alam”

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *