
*Oleh: Ahmad Fahruddin
Pilu tengah dirasakan dunia sepak bola Indonesia. Sebanyak 132 suporter menjadi korban kericuhan pertandingan Arema vs Persebaya. Stadion kanjuruhan menjadi saksi terenggutnya nyawa para supoter, tidak hanya pemuda yang fanatik terhadap timnya, anak-anak, orang tua, sampai remaja perempuan turut menjadi korban tragedi Kanjuruhan.
Pasalnya untuk mengantisipasi rivalitas antar kedua tim, supoter Bonek dilarang untuk menyaksikan secara langsung di dalam stadion. Awalnya banyak supoter Bonek yang meresahkan keputusan tersebut. Akibatnya banyak suporter Bonek yang harus putar haluan lantaran blockade jalan di setiap perbatasan menuju kota Malang.
Pertimbangan faktor keamanan telah dilakukan Kapolres terkait jadwal berlangsungnya pertandingan. Penolakan surat permohonan Panitia Pelaksanan juga telah dilakukan Kapolres terhadap permohonan pukul 20.00 WIB pertandingan Arema vs Persebaya. Kapolres mempertimbangkannya dan meminta untuk mengubah jadwal menjadi pukul 15.30 WIB. Namun PT Liga Indonesia Baru (LIB) menolak permohonan tersebut dengan alasan masalah kerugian ekonomi terkait penayangan siaran langsung. Hal tersebut dipertegas;
“Oleh karena itu, Polres menyiapkan 2.034 personel dari awal rencana 1.073 dan hanya suporter Aremania yang diperbolehkan hadir,” Ujar Kapolri.

Awal Mula Tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan bermula saat tim Arema mengalami kekalahan dengan skor 3-2 atas Persebaya. Banyak suporter Arema yang berterjunan ke lapangan sebagai wujud penyemangat atas timnya. Terjunnya suporter yang semakin banyak menjadikan polisi turun tangan. Sebelumnya para Aparat telah mencegahnya, namun rasa kecurigaan atas kekalahan tim Arema menjadikan para suporter terus turun untuk mempertanyakan kepada para pemain Arema. Melihat keadaan tersebut pihak keamanan mulai mengamankan dan mengejari para suporter yang berada di lapangan.
Proses pengamanan yang tidak sesuai prosedural menjadikan para suporter kebingunan. Para supporter dirundung cemas hingga ada yang terinjak akibat berebut pintu keluar. Riuh kebingunan bermula saat gas air mata ditembakan ke arah suporter. Supoter mulai berlarian untuk menghindari perihnya gas air mata. Tidak hanya itu banyak ibu-ibu berteriak minta tolong karena gas air mata yang membuat pernapasan dan penglihatannya terganggu.
Banyak korban tergeletak lemas merasakan efek gas air mata yang kian merebak di tribun penonton. Gas air mata yang merata membuat pihak-pihak suporter yang tidak bersalah terkena imbasnya. Salah seorang suporter Aremania yang bernama Yohanes sempat memohan kepada aparat untuk tidak menembakkan gas air mata. Saudara Yohanes Menyampaikan;
“Jangan tembakan gas air mata ke tribun situ Pak, banyak anak kecil. Awalnya Bapak Polisi mengiyakan dan berpesan kepada saya untuk menasehati teman-teman Aremania. Kemudian ada satu oknum berteriak kepada saya dan membentak-bentak. Dan saat itu pula mulai ada serangan pukulan dari belakang yang mengarah ke kepala saya. Serangan itu terjadi beberapa kali, saya tidak bisa melihat siapa yang menyerang, siapa identitasnya. Ketika saya mau melihat dari kiri saya diserang dari kanan, ketika saya melihat dari kanan saya diserang dari kiri, ”ujar Yohanes.
Tindakan pengendalian tidak hanya berhenti pada penembakan gas air mata, terdapat beberapa video yang beredar terkait aparat yang menendang dan memukul suporter Aremania. Akibat tindakan yang tidak sesuai prosedural menjadikan banyak nyawa melayang dan beberapa korban harus dilarikan ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA).
Kericuhan antar suporter dan pihak keamanan yang berujung pada banyaknya korban membuat ketua Demisi PSSI turun bertindak. Beberapa pihak diberi sanksi oleh Ketua Demisi PSSI. Sanksi tersebut dijatuhkan kepada Ketua Panpel Arema (Abdul Haris) dan Security Officer (Suko Sutrisno) untuk tidak beraktivitas di lingkungan sepak bola seumur hidup.
Di sisi lain Ketua Demisi PSSI juga memberikan tiga sanksi kepada tim Arema. Sanksi pertama, Arema tidak diperkenankan melaksanakan pertandingan dengan penonton sebagai tuan rumah dan harus dilaksanakan di tempat yang jauh dari Malang. Kedua, Arema dikenai sanksi denda sebesar 250 juta. Ketiga, apabila terjadi pengulangan pelanggaran akan berakibat pada hukuman yang lebih berat.
Belangsungkawa Tim Indonesia dan Tim Eropa Soal Tragedi Kanjuruhan
Kabar duka sepak bola Indonesia yang menewaskan lebih dari ratusan jiwa bukan menjadi yang pertama kalinya. Pada tahun sebelumnya tepatnya tahun 1964, Peru juga harus merasakan duka yang sama. Sebanyak 328 lebih nyawa suporter melayang akibat gas air mata. Mengingat penggunaan senjata kimia gas air mata telah diatur dalam FIFA Stadium and security regulations, pasal 19 B tentang pengamanan di pinggir lapangan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, “No firearms or ‘crowd control gas’shall be carried or used”, artinya senjata api atau gas pengendali masa tidak boleh dibawa atau digunakan.
Kabar kanjuruhan yang mengenaskan membuat beberapa pihak turut merasakannya. Berbagai bentuk rasa duka cita sebagai wujud penghormatan atas kematian sahabat-sahabat pecinta bola dilakukan beberapa suporter di Indonesia. Tidak hanya suporter Aremania, suporter persebaya yang awalnya nekat hendak melakukan penjemputan tim Persebaya ditiadakan lantaran bentuk penghormatan atas kejadian Kanjuruhan. Penyalaan lilin di Stadion Maguwo Harjo yang diikuti suporter tim PSS, PSIS, PSM, PSIM, Persiba, Persis, dan tim lainnya diapresiasikan sebagai wujud rasa turut berbela sungkawa.
Tidak hanya jagat sepak bola Indonesia yang berkabung terhadap pulangnya 132 jiwa. Pada Selasa, 4 Oktober 2022, UEFA mengumumkan bahwasanya Sebelum kikckoff dimulai untuk melakukan hening sejenak demi mengenang korban peristiwa tragis di Stadion Kanjuruhan Indonesia. Spanduk-spanduk bernada simpati dan solidaritas dari penggemar mereka dibentangkan di dalam stadion-stadion sepak bola yang tak hanya ikonik di Eropa namun juga terkenal di dunia, seperti Allianz Arena, San Siro, Anfield, Stamford Bridge, Stadion Etihad, Santiago Bernabeu, Amsterdam ArenA, Juventus Stadium, hingga Stadion Olimpiade Roma. Salah satu tulisan dalam spanduk yakni “in memory of the victims at Kanjuruhan Stadium in Indonesia” dipampang dalam papan elektronik yang bersamaan dengan versi Bahasa Indonesia-nya “Untuk mengenang para korban di Stadion Kanjuruhan di Indonesia.”
