Memaknai Idul Fitri sebagai (Faizin) Orang yang Menang-Gemilang

Oleh Aguk Irawan MN*

Menurut Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arabi, juga kamus Munawwir dan Mauwrid, kata faizin tercerabut dari kata faza-fauzan-faizin, yang artinya adalah na-lahu bihi fauzan, yaitu memperoleh kesuksesan atau kemenangan.

Selain itu bisa juga halaka wa mata, seperti kalimat wafauza arrajulu, artinya adalah seseorang telah mengalahkan atau membinaskan, bisa juga berarti an-naja atau minal makruhi; selamat dan terhindar dari sesuatu yang bahaya, dan terakhir, bisa bermakna fauza at-thariq atau bada wa dhahara (sesuatu yang nampak terang atau berkilau). Mari kita bahas satu persatu.

Pertama, adalah bermakna kesuksesan atau kemenangan. Idul Fitri dapat disebut hari raya kemenangan. Pada hari itu, karena kaum beriman yang telah menunaikan ibadah Ramadhan meraih kemenangan dan seperti dengan terlahir kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci dan kuat hati.

Mengapa harus ada yang menang dan ada yang kalah? Karena faktanya, kita diberi nafsu, dan ini punya pesan simbolik untuk dikalahkan dan hati nurani (hati-akal) itulah alat untuk mengalahkan atau sebagai senjata perjuangan, sebagaimana yang diajarkan selama Ramadhan.

Kedua, adalah bermakna mengalahkan atau membinasakan, ini semacam sinonim dari sebuah kemenangan, sebab tidak ada kemenangan tanpa mengalahkan. Kalah dan menang adalah lawan kata. Dua sisi yang bertentangan ini adalah sifat keunggulan manusia dari makhluk yang lain (akhsanu takwin) dan kedua ini diciptakan agar manusia menjadi lebih sempurna (insan al-kamil) sebagaimana terkandung dalam Q.S. Asy-Syams ayat 8 yang menjelaskan pentingnya tazkiyatu nafs (penyempurnaan jiwa) agar kita menjadi hamba yang bertakwa (berhati-nurani) dan jauh dari “kefasikan” (hawa nafsu kebinatangan).”

Memang selama Ramadhan kita diajarkan bagaimana terus membunuh nafsu dan menghancurkannya, termasuk menghancurkan lemak-lemak atau virus yang bisa menimbulkan penyakit dalam tubuh kita.

Ketiga, adalah bermakna selamat dan terhindar dari sesuatu yang bahaya, sehingga nampaklah atau berkilauanlah kebaikan, kebenaran dan keindahan itu. Untuk terhidar dari bahaya dan nampaklah cahaya Islam yaitu kebaikan, kebenaran dan keindahan dibutuhkan jihad atau usaha keras.

Hal diatas itu terbukti pada catatan sejarah islam yang gembilang, di bulan inilah musuh-musuh islam bisa terkalahkan. Jika merujuk pada fakta sejarah Islam, banyak kita jumpai peristiwa kemenangan besar terjadi mendekati idul fitri atau sepanjang bulan Ramadhan, Misalnya runtuhnya Masjid Adh-Dhirar milik orang-orang munafik. Datangnya rombongan delegasi kaum Tsaqif yang ingin masuk Islam.

Pada Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah, terjadi peperangan besar yaitu perang Badar Al-Kubra. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin, inilah kemenangan agung pertama pejuang-pejuang Islam dalam menentang kemusyrikan dan kebatilan.

Pada Ramadhan Tahun Ke-1393 Hijriyah atau 1973 M, kemenangan muslim atas pasukan Salib dengan merebut kembali tanah Palestina yang sebelumnya direbut oleh Zionis Yahudi. Masih banyak peristiwa besar lain lebih dari seratus, termasuk salah satunya adalah kemerdekan Bangsa Indonesia ini yang diraih pada bulan suci Ramadhan. Selamat hari Raya Idhul Fitri 1444 H. Minal Aidzin Wal Faizin. Amin.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *