Mempertanyakan Kemanusiaan Israel?

  • Bagikan

Mempertanyakan Kemanusiaan Israel?

oleh: Aguk Irawan Mn*

Sejak 7 Oktober 2023, sampai detik ini, kematian anak-anak kecil yang menjadi korban konflik Hamas-Israel terus meningkat. Diperkirakan angka kematian anak-anak Palestina mencapai 12,3000 jiwa, dan terus meningkat.

Perang di Palestina telah berubah dari konflik memperebutkan “tanah-yang-dijanjikan” menjadi perang melawan anak-anak dan masa depan mereka. Istilah ini diperkenalkan oleh Philippe Lazzarini, Komisioner United Nations Relief and Work Agency (UNRWA), 13 Maret 2024.

Sebagaimana yang Lazzarini tulis di akun X, “angka kematian anak-anak Gaza dalam 4 bulan terakhir melebihi angka kematian anak korban di seluruh dunia digabungkan 4 tahun.” Peran di Palestina melebihi kebrutalan perang yang pernah ada sepanjang sejarah.

Perang ini tidak akan berakhir, karena Israel bukan negara yang dihuni umat manusia melainkan oleh “kaum binatang” yang haus darah. Walaupun seluruh bangsa di dunia, melalui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), memberikan seruan perdamaian, Israel seperti orang “budek” yang tidak mendengarkannya.

Selama ini, Israel seakan merasa benar sendiri, karena mendapat dukungan dari kolega-kolega Barat-nya, seperti PBB dan Amerika. Namun, sekarang, PBB dan Amerika mengecam tindakan Israel yang “haus darah” dan kebablasan. Israel tetap saja menutup mata.

Jalan Kemanusiaan dan Hukum Telah Macet

Kritik-kritik dunia internasional terhadap aksi bejat Israel telah dilakukan dengan banyak cara, mulai dari cara yang paling halus seperti wacana, hingga langkah strategis seperti lobi di PBB dan pengajuan protes melalui Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda, seperti yang dilakukan Afrika Seltan (Afsel).

Namun, dari semua usaha tersebut, tidak satu pun yang mampu menekan Israel. Satu-satunya sikap yang sedikit membuat pusing kepala Israel adalah serangan gabungan antara tentara Hamas (Palestina), Hizbullah (Lebanon), al-Nujaba’ (Irak), dan Hothi (Yaman). Artinya, pilihan terakhir untuk menundukkan Israel adalah kekerasan.

Sampai di sini, kita bisa memahami bahwa kebanggaan Israel selama ini lahir dari kemampuan militer mereka. Selama kemampuan militer mereka bisa ditaklukkan, kebanggaan tersebut bisa diruntuhkan.

Maka dari itulah, dunia internasional harus terus menahan diri agar tidak mendanai militer Israel. Hal ini terlihat dari wacana politik yang berkembang di Amerika. Misalnya, Donald Trump berjanji bahwa jika dirinya terpilih, pendanaan militer Israel oleh Amerika akan dihentikan.

Menghentikan agresi Israel ke Palestina tampaknya memang tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang halus. Terbukti seruan PBB, keptusan Pengadilan Den Haag Belanda, dan opini global tidak terbukti. Sebaliknya, yang terbukti adalah serangan kecil-kecil perlawanan dari pihak Hamas, Hizbullah, Haouthi, an-Nujaba’ dan lainnya.

Jika Dunia Masih Peduli Nasib Anak-anak

Jika dunia masih ingin melihat masa depan anak-anak mereka, maka satu-satunya pilihan adalah menghentikan agresi Israel secara bersama-sama. Philippe Lazzarini memang benar, bahwa Israel tidak sedang melawan Hamas, melainkan sedang melawan anak-anak. Perang global melawan Israel akan menjadi simbol perjuangan menyelamatkan masa depan anak-anak kita.

Hari ini anak-anak Palestina yang menjadi korban. Bukan tidak mungkin, di hari esok, Israel akan tiba ke depan pitu rumah Anda. Gilliran anak-anak Anda yang akan menjadi korban pembunuhan berikutnya. Hal ini dikarenakan aktor-aktor yang terlibat dalam konflik Palestina datang dari banyak negara.

Pada tanggal 14 Maret 2024, Wilson Center mengeluarkan analisa, Iran akan menjadi aktor utama yang melawan Israel (wilsoncenter.org). Langkah yang akan ditemppuh Iran adalah dengan meningkatkan dukungannya pada jejaringanya di Lebanon (Hizbullah), Syuriah, Irak, dan Yaman (Houthi).

Tidak hanya itu, hari ini al-Qaeda dan ISIS juga bergabung dengan HAMAS dalam melawan Israel dan kepentingan Amerika. Bukan hal mustahil, walauun secara ideologi ISI dan Al-Qaeda adalah Sunni, tetapi secara politik memiliki perjumpaan dengan Iran yang Syi’ah. Yaitu, sama-sama melawan Israel dan Amerika.

Konflik Israel-Palestina telah sepenuhnya meningkat menjadi pemicu meledaknya Perang Dunia III. Detik ini kita masih bergantung pada sikap PBB dan Amerika, yang “kelihatannya” cukup anti-Israel. Namun, jika harapan itu sudah luntur sepenuhnya, Perang Dunia 3 bukan tidak mungkin terjadi.

Sebab, perang kali ini tidak lagi peran soal tanah, melainkan telah mengarah pada genosida, seperti yang disampaikan Afrika Selatan di Pengadilan Internasional, Belanda. Walaupun Den Haag tidak menerima tuduhan genosida tersebut, keputusan Den Haag tidak memiliki daya tekan apa pun pada Israel. Tapi cukup mendinginkan tensi global dan kebencian dunia pada Israel.

Maka dari itu, dunia harus bergerak, baik dengan cara harus maupun militeristik, untuk menghentikan agresi militer Israel. Sebab, Israel tidak lagi bisa diajak berdialog. Satu-satunya yang bisa membumkam Israel adalah perang militer. Hal itu kita perlukan demi menjaga sisa-siswa nyawa anak kecil, yang selam ini menjadi target pembunuhan oleh Israel. wallahu a’lam.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *